purripurripurri♥purripurri

Selasa, 27 Juli 2010

Penulisan Ilmiah


 BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori
2.1.1 pengertian Laporan Keuangan
Pihak yang berkepentingan atas perkebangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan laba rugi serta laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisis terhadap pos –pos neraca akan dapat di ketahui atau akan di peroleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisis laporan rugi-labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha yang bersangkutan” (Bambang Riyanto  2001 : 328). “Laporan finansiil  memberikan ikhtisar mengenai finasiil suatu perusahaan dimana neraca  mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal pada suatu saat tertentu dan  laba rugi mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama periode tertentu  biasanya meliputi periode satu tahun “.   Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan sebagai  pertanggung jawaban atau tugas yang dibebankan kepada manajemen oleh  para  pemilik perusahaan, biasanya laporan keuangan yang disusun terdiri dari:
1.      Neraca
“Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenaai keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas” (Dwi Prastowo dan rifka Julianti, 2005 : 18).
2.     Laporan Laba Rugi
 “Laporan laba rugi menggambarkan suatu laporan yang menunjukkan  pendapatan pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu “ (Zaki Baridwan, 2000 : 30).


2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum laporan keuangan dapat dinyatakan sebagai berikut :
a.       Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi netto.
b.      Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
c.       Untuk memberikan informasi penting mengenai perubahan sumber ekonomi dan kewajiban serta informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan penanam modal dalam menghasilkan laba.
d.      Untuk mengungkapka sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan.
2.  Tujuan Kualitatif
Informasi keuangan akan bermanfaat apabila informasi keuangan itu relevan, maksudnya informasi ini harus dihubungkan dengan maksud serta tujuan penggunaanya. tujuan penggunaanya.
3.     Tujuan Khusus
      Secara khusus, tujuan laporan keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai :
a.       Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban dan aktiva bersih suatu lembaga
b.      Pengaruh transaksi keuangan, pristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat aktiva bersih
c.       Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya alam suatu     periode hubungan antara keduanya.
d.      Cara suatu lembaga mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, dan faktor lainya yang berpengaruh pada likuiditasnya
e.       Usaha jasa suatu lembaga.        
   

2.2 Kajian Penelitain Sejenis
Kajian Penelitian Sejenis
Nama: Ulfa Fauziah
NPM: 20206994
Judul : Analisis Rasio Laporan Keuangan pada  PT.  Mayora, Tbk
Berdasarkan tujuan penelitian maka penganalisa rasio laporan keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas adalah cukup baik, rasio solvabilitas adalah kurang baik, dan rasio rentabilitas adalah baik. Alat Analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas.
Nama : Eva Palupi
NPM : 20200665
Judul : Analisis Rasio Keuangan pada PT. Bahtera Adimina Samudera,Tbk    
Dalam penulisan ini penulis ingin mengetahui rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan yang di teliti oleh penulis.
Pada penulisan ilmiah kali ini penulis hanya menggunakan beberapa alat analisis, dimana sebelum melakukan penelitian. Penulis telah mengkaji beberapa penelitian sejenis atau penelitian yang memiliki kesamaan topic. Kajian di lakukan berdasarkan penulisan – penulisan ilmiah perpustakaan kampus J Universitas Gunadarma. Hal ini dilakukan untuk menghargai hasil pemikiran dan penelitian orang lain, dan juga untuk menanamkan budi daya ilmiah dan selalu meriview hasil penelitiaan orang lain sebelum melakukan penelitian.

2.3 Analisis Rasio
“Analisis rasio merupakan salah satu teknik anlisis laporan keuangan dengan cara membandingkan komponen – komponen laporan keuangan dalam satu tahun atau satu periode. Rasio ini kemudian di tafsirkan atau di bandingkan kembali dengan rasio yang sama pada tahun yang lalu” (Pahala Nainggolan, 2007 : 150).
Dalam prakteknya analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat di golongkan menjadi sebagai berikut:
1.      Rasio Neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
2.      Rasio Laporan Laba Rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan rugi laba.
3.      Rasio antar laporan, yaitu membadingkan angka-angka dari dua sumber (dari dua sumber) baik yang ada di neraca maupun yang ada di rugi laba.
Bentuk-bentuk rasio keuangan:
a.     Likuiditas,
b.     Solvabilitas, dan
c.     Rentabilitas.

2.3.1       Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas secara sedehana dapat dikatakan sebagai suatu usaha memberikan perbandiangan antar aktiva perusahaan yang paling cepat dikonversi menjadi uang sekiranya perusahaan dihentikan operasinya. Dengan kata lain, rasio likuiditas mencoba memberikan gambaran nilai perusahaan bila dilikuidasi atau dikonversi menjadi uang tunai secara cepat dan digunakan untuk melunasi semua kewajibanya baik kepada pegawai maupun kepada pihak luar. Dengan demikian, rasio ini akan digunakan oleh pihak luar misalnya supplier atau bila perusahaan melakukan pinjaman uang, kreditur akan menggunakan rasio ini untuk manksir kemampuan membayar dalam jangka pendek.
Masalah likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera hatus di penuhi. Jumlah alat – alat pembayaran (alat -  alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kemampuan memmbayar dari perusahaan yang bersangkutan.
Rasio – rasio yang tergolong dalam rasio likuiditas ini antara lain :
1)    Current ratio (rasio lancar)
2)    Cash ratio (rasio kas)


Current ratio  didapatkan dari pembandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini secara mudah hendak memberikan gambaran kecukupan kas bila yayasan berhenti beroperasi saat ini. Kas yang diperoleh dari konversi aktivanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun dibandingkan jumlah kas yang dibutuhkan untuk membaya utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu kurang dari satu tahun bila masih menunjukan selisih yang positif artinya perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek. Sebaliknya, bila ternyata lebih besar nilai utang jangka pendeknya, dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang tidak likuid.
Masalah ikuiditas adalah berhubunga dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi  kewajiban finansialnya yang segera harus di penuhi. Jumlah alat penbayaran yang dimiliki oleh perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan kemampuan membayar.     


X 100 %


Current ratio =
Current ratio =              Aktiva lancar  
                       
                                                            Hutang lancar

Cash ratio merupakan rasio likuiditas lain yang menunjukan kemampuan membayar utang jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid atau aktiva yang sangat cepat kemampuannya dikonversi ke kas. Dengan kata lain, aktiva yang digunakan untuk membayar adalah aktiva yang dapat diubah menjadi uang kas segera. Ca                    


X 100 %


Cash ratio =
                                         Cash + bank              
Utang lancar

2.3.2      Rasio Solvabilitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur soliditas atau kemampuan perusahaan melunasi kewajibannya ketika dilikuidasi adalah rasio yang membandingkan total aktiva dengan total kewajiban. Dengan pembandingan ini, artinya bahwa ketika perusahaan dilikuidasi, apakah seluruh aktivanya dapat membayar semua utang perusahaan baik utang jangka panjang maupun jangka pendek. Likuidasi yayasan tidak dimaksudkan dalam jangka waktu pendek, melainkan pada jangka waktu yang tidak terbatas. “ Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finasiilnya apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi “  (Bambang Riyanto, 2001 : 33).
1.      Total Debt to Total Assets Rasio
Rumus ini digunaka untuk mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan dengan cara membandingkan keseluruhan kewajiban dengan jumlah aktiva. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus:


Debt to Assest Rasio =            


X 100%
Total Aktiva
Debt to Assest Rasio =            Total Hutang

Ukuran maksimum rasio ini 2 : 1 atau 200%. Semakin kecil persentasenya  berarti semakin rendah resiko keuangannya.

2.3.3       Rasio Rentabilitas
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dan  aktiva aatau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selaama periode tertentu. Rentabilitas digunakan sebagai alat ukur efesiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkuta. Dalam menghitung tingkat rentabilitas suatu perusahaan ada beberapa macam rasio yaitu :
1.  Net Earning Power Rasio (ROI)      
Rasio ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam  keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Untuk menghitung rumusan ini dihitung dengan cara sebagai berikut :



Net Earning Power Rasio =     


X 100%
                                                   Laba Usaha        
Net Earning Power Rasio =          Aktiva 
Sebesar persentasenya berarti semakin baik, karena setiap rupiah penjualan dapat menghasilkan laba kotor yang semakin besar.


2.3.4 Rasio Aktivitas
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektifitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.
1. Inventory Turnover
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan. Rasio ini juga dapat menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun.



Text Box: Turnover Inventory =                    Harga Pokok Penjualan   
                        Rata – rata Persediaan

2.3.5 Hubungan  Antara Liquiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas
 Dari ketiga masalah diatas (likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas), maka kita dapat menarik hubungan diantaranya sebagai berikut :
Bahwa likuiditas, solvabilitas, rentabilitas adalah pengertian dasar dalam menilai kondisi keuangan perusahaan sehingga harus benar-benar dimengerti sebab hampir semua keputusan dalam perluasan usaha selalu menggunakan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas sebagai salah satu dasar  pertimbangannya. Oleh karena itu ada yang menganggap bahwa likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan pedoman dasar dalam menilai keuangan perusahaan.
Dalam kaitannya antara yang satu dengan yang lain maka antara likuiditas dan rentabilitas mempunyai hubungan yang unik, sebab untuk meningkatkan likuiditas yang tinggi maka akan mempunyai kecenderungan menurunkan rentabilitas, begitu juga sebaliknya. Meskipun demikian hal ini dapat terjadi pengecualian, sebab bisa saja terjadi usaha menjadikan likuiditas yang tinggi pula.  Bagi perusahaan keadaan yang paling baik adalah solvabel dan likuid. Tetapi kadang-kadang suatu perusahaan dapat dalam keadaan solvabel tetapi likuid, hal ini dapat diatasi bila perusahaan mampu mencairkan aktiva tetapnya. Bila perusahaan dalam keadaan likuid tetapi insolvabel maka perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya dan sementara masih mempunyai kesempatan atau waktu untuk memperbaiki solvabilitasnya. Tetapi apabila tidah berhasil maka pada akhirnya perusahaan akan mengalami kesukaran juga. Apabila perusahaan dalam keadaan insolvabel dan illikuid maka perusahaan akan mengalami kesukaran karena segera menghadapi tagihan- tagihan dari krediturnya.